Sabtu, 21 September 2013

Dialog Imajiner Dengan Jin Muslim (yang Ekonom)


W = Wartawan
 J  = June (Jin Muslim yang Ekonom)


W: " Assalamualaikum bang June,"
J  : " Waalaikumsalam warohmatulloh Wabarokatuh."

W: "Apa kabar bang June? sedang sibuk apa sekarang?"
J:" Alhamdulilah kabarnya baik, yah kesibukan biasa biasa aja, menjadi pengamat perkembangan pasar modal dan memberi saran buat teman teman dari golongan ente yang butuh masukan untuk percepatan peningkatan kekayaan dan  butuh saran kemana mengalokasikan kekayaan mereka supaya terus bertambah dan bertambaah terus."
W:" Banyak juga klien anda?"
J:" Pasti banyak lah, kenapa ana katakan pasti, karena ana sudah melakukan riset sebelumnya, tren yang ana dapat, semakin sulit perekonomian, klien ana semakin bertambah dan bertambah banyak, dalam 200 terakhir ana menjalankan bisnis sebagai konsultan ekonomi, belum pernah mengalami itu yang namanya krisis klien, klien ana bertambah dan bahkan sekarang ana sudah membuka kantor perwakilan di 33 provinsi di negara ini."
W:"Wah sudah makmur dong bang June"
J:"Yah relatif terhadap kebutuhan lah, ana tidak pernah menghitung berapa pendapatan ana dari jasa konsutasi ini, ana tidak mengharapkan materi dari mereka yang meminta jasa ana, ana lebih tau apa yang mereka butuhkan dari dari ana, bahkan sebelum mereka sendiri bercerita, buat ana sangat gampang menebak apa yang mereka inginkan dari pertama kali mereka datang, ana sudah cukup senang kalo mereka mengikuti saran ana."
W:"Jadi tarif konsultasi anda biasanya berapa bang?"
J:" Kalo itu ana gak bisa sebut lah rahasia, biasanya orang-orang yang datang ke ana udah tau koq, mereka udah pada ngarti sendiri, lagian mereka gak bayar ana pake mata uang negara ente."
W:"Jadi anda dibayar pake apa?"
J:" Ya ada lah, pake alat tukar yang lain.."
W:"oo.. gitu, baiklah,.. biasanya apa yang dikonsultasikan mereka ke anda?"
J:"Banyak lah,  segala macam persoalan, mereka tanyakan solusinya ke ana, ana juga heran, sebenernya apa yang mereka tanyakan jawabannya ada dimereka semua kalo aja mereka itu mau sedikit mikir, ana rasa bangsa ente itu kurang percaya diri setiap kali menghadapi persoalan hidup, apalagi yang menyangkut masalah ekonomi, ana tau, banyak diantara mereka yang pinter, S1, S2, Doktor, bahkan Professor malah, tapi ketika mereka dihadapkan pada masalah, yang sebenarnya bukan masalah, hanya berupa tantangan apakah mereka akan tetap menjalani kondratnya sebagai manusia atau berubah menjadi binatang, maksudnya ini dari sisi sifatnya yah, mereka akan kehilangan logika kepintaran mereka dan cenderung akan mengakomodasi sifat-sifat kehewanan mereka, ini perilaku yang gampang sekali dilihat dan ditebak endingnya.'
W:"Apa yang ada amati, contohnya?"
J:" Ana punya satu klien, dia awalnya adalah pekerja biasa di kantornya, dia datang ke ana dan bercerita, berkeluh kesah mengenai permasalahan rumah tangga dia, istrinya kurang begitu sabar dengan apa yang dia beri tiap bulan, istrinya ingin lebih dari itu, dia melihat ke orang lain yang sepertinya gampang sekali makmur, dengan posisi, jabatan dan umur yang relatif sama tapi apa yang didapat sepertinya jauh berbeda, dia bertanya bagaimana menghadapi ini, dia juga menanyakan bagaimana caranya berubah, karena sudah muak dengan kondisi yang dia rasakan, ana tanya, apa niat ente dulu nikahin dia, dia jawab panjang lebar mengenai cita-citanya  menjalani kehidupan yang ideal, yang penuh saling pengertian dan pemahaman bagaimana menjalani hidup dengan sabar dan usaha. Ana bilang kalo dia sudah tidak sesuai dengan cita-cita awal ente, maka pecat aja dia jadi istri ente, dia bilang "tapi saya masih sayang'', terus ana kasih tau, kalo ente masih sayang maka jagalah dia, bimbinglah dia, kasih pengertian mengenai bagaimana proses menjalani hidup itu harus dijalani dengan sabar seperti bagaimana ente berdua bercita-cita diawal pernikahan. setelah dia pulang, diam-diam ana melobi atasannya lewat jaringan relasi ana dikantor atasan atasannya dia, pokoknya ini yang paling atas lah, untuk menempatkan dia ditempat yang bisa membuka jalan untuk percepatan peningkatan kondisi ekonomi dia, ana juga pengen tau seberapa kuat dia memegang prisipnya mengenai bekerja yang sabar, tawakal dan tahan godaan sebagaimana prinsip yang dia pegang selama ini "
"Singkat cerita dia ditempatkan di bagian pengadaan, awal dia bekerja dia masih bisa menangkis godaan-godaan dari rekanan yang datang mengenalkan diri untuk mendapatkan informasi proyek-proyek apa saja yang bisa digarap, lobi-lobi kaki lima macam ajakan makan siang, makan sore, makan malem bisa dia lewatin, walaupun kadang-kadang dia ikut juga dengan alasan perintah atasan, lama kelamaan, seperti yang sudah bisa ana duga, dia mulai menganggap biasa apa yang dia dapat dan dia maklumkan sebagai ucapan terima kasih, amplop-amplop berisi fulus mulai lancar memenuhi saku nya, waktu terus berjalan, pemahaman dia juga bertambah, kini dia jadi lebih tau bahwa OE bisa diolah untuk peningkatan kesejahteraan bersama, kesejahteraan antara pemberi dan penerima pekerjaan, begitu juga TOR, yang bisa dikondisikan untuk merujuk pada satu calon pemenang tertentu sehingga apa yang di dapat bisa di ukur dari awal, yang mana yang bisa memberikan insentif lebih untuk kebahagiaan bersama, kondisi yang jauuh sekali melenceng dari cita-cita awal dia bagaimana menterjemahkan perjuangan hidup, dia mulai lupa, dan memang berharap lupa, toh semuanya juga menganggap biasa, hanya yang enggak kebagian aja yang iri, dan itu gampang mengatasinya, semakin iri akan semakin tersiksa, tambahkan saja penderitaannya dengan meningkatkan kesejahteraan siapapun yang menjadi bahan dia iri, kalo perlu tempatkan dia ditempat yang hanya bisa sebagai penonton, lama-lama juga akan mati sendiri, tapi jumlah yang seperti itu sangat-sangat sedikit, kebanyakan malah mereka senang, ikut menikmati dan bergembira dengan apa yang di dapat, semakin besar proyek, semakin besar yang didapat, semakin banyak yang di bagi, semakin banyak yang senang, ketika kondisi seperti ini sudah tercipta, sudah tidak jelas lagi siapa boneka dan dalang, boneka bisa berubah menjadi dalang dengan menyusun skenario yang jitu sehingga dalang yang berperan sebagai pengambil keputusan bisa dikondisikan menjadi boneka ditengah permainan."
"Itulah kondisi yang lazim terjadi di negara ente, kebanyakan para pemimpin ente udah lupa dengan yang dipimpinnya, yang diutamakan adalah bagaimana caranya selamat sendiri, bagaimana caranya mengamankan diri sendiri, keluarga dan kelompoknya, soal rakyat, entar aja deh, toh mereka juga enggak semuanya dukung gue dulu, biarin aje", mereka mulai lupa bahwa ada kekuatan tidak terlihat yang bisa membalikan keadaan, mereka harusnya belajar kembali dari sejarah, pemimpin terkuat pun akan habis dan meninggalkan catatan sebagaimana apa yang rakyat kenang akan mereka."
Kondisi itu yang dilupakan para pemimpin ente, merasa masih mempunyai kemampuan untuk mengendalikan keadaan, tindakan dilakukan untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang dianggap bisa mengamankan mereka ketika jabatan sudah tidak dipegang, itu sangat typical sekali, gampang dilihat dan ditebak arahnya" permainan yang rumit hanya dibuat untuk membuat kamuflase, kamuflase supaya semua terlihat normal dan indah, pada akhirnya semua akan terbuka."
W:"Apa yang bisa bang June sampaikan sebagai saran untuk mereka yang menjadi pemimpin?"
J:" kalo untuk itu ana sebenarnya engga bisa kasih masukan, seperti yang ana bilang diawal, semua jawaban sudah ada di mereka sendiri, masalahnya mau enggak mereka menterjemahkan jawaban itu menjadi tindakan nyata, yang bisa dilihat dan dirasakan oleh siapapun yang menjadi rakyat yang dipimpinnya."
W: "Contoh yang lebih konkritnya."
J:"Contohnya begini, rakyat tuh meniru apa yang dipertonotonkan oleh siapapun yang menjadi pemimpinnya, pemimpinya mengatakan A padahal tindakannya adalah B, rakyat pun secara umum akan melakukan hal yang sama, menumbuhkan mentalitas menjadi seorang hipokrit, yang melihat segara sesuatu secara pragmatis, bagaimana ini menjadi baik bagi saya, dan bagaimana saya terlihat baik namun gak ambil pusing dampaknya buat yang lain, walaupun tidak semuanya, tapi ini adalah gejala yang umum."
"masyarakat ente sekarang butuh figur yang memberi contoh kejujuran dari pemimpin dan bisa menjadi teladan, yang paling sederhana adalah pemimpin yang bisa membuktikan apa yang dikatakan dan dilakukannya itu adalah benar dan sejalan, rakyat juga butuh pemimpin yang bisa membanggakan mereka di forum dunia, saat ini rakyat mengalami krisis kepercayaan diri sebagai bangsa, tidak bangga dengan apa yang dipertontonkan para pemimpinnya, mereka butuh figur yang berani mengatakan tidak yang berani melawan arus imperialisme modern, yang bisa membawa kemandirian, yang tidak terjajah oleh kepentingan ekonomi kapitalis dan antek-anteknya, jangan ente lupakan, ratusan tahun negara ente dijajah bukan oleh negara, tapi oleh perusahaan dagang, hal yang sama juga bisa terjadi sekarang."
"Ana kasih contoh lagi, seandainya pemimpin negara ente berani ngambil tindakan misalnya, yang paling ekstrim itu menyederhanakan penulisan dari mata uang sekarang ato yang diistilahkan redenominasi dari Rp 1000 menjadi Rp 1, dari Rp 10.000 menjadi Rp 10, tentunya diiringi dengan penguatan-penguatan dibidang yang lainnya, mendorong ketahanan pangan di dalam negri, mengurangi ketergantungan akan impor dari luar dan lain sebagainya, dan satu hal lagi mengubah penyebutan nama mata uang sehingga membuat masyarakat meyakini bahwa ini adalah perubahan menjadi sesuatu yang lebih baik, katakanlah misalnya menjadi Rb singkatan dari Rp Baru atau dibaca Ruba, atau biar terdengar agak kerenan dikit diganti jadi IRS dibaca Iris artinya bisa ente cari sendiri, itu juga secara ekonomi dan psikologis akan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa inilah perubahan."
"Ana yakin para pemimpin ente mempunyai kekuatan yang cukup untuk melakukan itu, tapi sayangnya mentalitasnya yang ana belum yakin, masih bisa dipengaruhi oleh kapret-kampret pemburu rente yang mengupayakan keuntungan dari selisih harga, yang ujung-ujungnya beban berat ditanggung oleh rakyat karena harga yang melambung tinggi."
W:"Penjelasan yang panjang lebar sekali bang June, tapi itu kalo kita berharap dari pemimpin, nah kalo sebagai rakyat, apa yang bisa dilakukan?"
J:"Sebagai rakyat, ente juga jangan berkecil hati, bisa ngambil peranan besar mulai dari hal-hal yang paling kecil, menjadi pekerja yang baik, yang jujur, yang tidak terpengaruh dengan pameo nyari yang haram aja susah, apalagi yang halal, yang haram emang susah, susah karena bakalan nyusahin ente seumur-umur, tapi kalo yang halal insya Alloh, berkahnya gak akan meleset, sebagai pedagang jadilah pedagang yang jujur, sebagai karyawan jadilah karyawan yang jujur, masih banyak pemimpin yang bisa dijadikan teladan, tugas ente juga sebagai wartawan mewartakan contoh figur-figur seperti itu, buat memberi semangat juga bahwa rakyat tidak sendiri, ada pemimpin yang patut dicontoh, tapi bukan buat pencitraan juga, masyarakat sudah pintar mana yang pencitraan mana yang bukan, kalo ada yang ujug-ujug diberitakan baik masyarakat akan mengecek track recordnya gimana, sekarang jaman modern, informasi tentang apapun bisa dilihat di telapak tangan, kalo rakyat bersatu dibimbing oleh pemimpin yang jujur, dengan ridho Sang Pencipta, kemakmuran adalah keniscayaan."
W:"hmmmm,...Pertanyaan terakhir Bang June, bagaimana caranya bisa konsultasi sama anda?"
J:"..Lah ente sendiri gimana caranya bisa ketemu sama ana,...??"
                                                                                                             BERSAMBUNG.......


Ilustrasi Gambar dr www.parliamentofreligions.org, Andrew Zbihlyj