Jumat, 30 November 2012

Galery Kucing Lucu

Kali ini Posting kumpulan foto-foto kucing lucu,

ini koleksi punya temen,

dia jualan kucing,

harganya,  wuiiih muahal juga mulai 1,5 juta sampe puluhan juta,  jenisnya katanya ada yang Persia, Siam dan Ekso,... entahlah yang mana mana nya,...

Gede nya bisa disuruh nangkep tikus enggak yah

Ada yang matanya biru loh



Garfield versi warna abu-abu





Ekornya buntet tapi lucu



Kayak Ayam Camani, Serba Hitam


Kamus Oxford

Judul     : Oxford Advanced Lerner's Dictionary
Kertas   : Glossy Paper (Hard Cover)
Harga    : 165.000,-  (+ ongkos kirim) lihat ongkos kirim Note: Pengirim dari Jakarta
Status    : Baru









Buku Series : AKU MENYAYANGI LAUTKU 6 BUKU

Judul             : Aku Menyayangi Lautku
Kategori        : Series 6 Buku
Cover            : Hard Cover (kertas Glossy)
Harga            : Rp 30.000,- per buku, Beli 1 Seri (6 Buku) = Rp 150.000,- (+ ongkos kirim) lihat ongkos kirim Note: Pengirim dari Jakarta

Status    : Baru


Kamis, 22 November 2012

AKSI NYATA 2 x 200 x 1000




Ngapain bersepeda? Iya Jantung sehat tapi paru paru kotor...
Itu mungkin salah satu alasan yang sering dikemukakan untuk mendemotivasi dan sebagai pembenaran untuk tidak melakukan aktivitas bersepeda, baik untuk tujuan ke kantor, olahraga maupun rekreasi.

Bagaimanapun juga secara sepintas mata, aktivitas bersepeda memang terlihat kurang menarik dimata “worker enthusiast”. Capek, polusi, jarak yang jauh, harga sepeda mahal, sampe masalah harus mandi lagi di kantor karena keluar keringat banyak merupakan rongrongan mental bagi siapapun yang akan memulai dan berkeinginan melakukan aktivitas bersepeda ke tempat kerja.

Tidak sepenuhnya salah memang, kondisi jalanan yang ada sekarang sangat jauh dari toleran untuk para pesepeda, berbaur dengan kendaraan bermotor,  berebut  jalur dengan sepeda motor adalah hal lumrah yang ditemui dan harus siap di hadapi oleh para pesepeda. Jalur khusus yang disediakan untuk bersepeda masih jauh dari  cukup dan kalaupun ada sudah keduluan diserobot oleh para motoris.

Saya agak lupa yang menjadi awal dan pemicu ketertarikan saya melakukan aktivitas bersepeda ke tempat kerja, tapi waktu itu ketika masih tinggal di Bandung sekitar tahun 2007, ada keinginan kuat untuk memulai bersepeda, akhirnya dengan dana yang ada dibelilah sepeda model MTB seharga 700 ribu bermerk Genio disalah satu toko sepeda di Jalan Otista Bandung. Kegembiraan yang saya rasakan saat itu hampir sama dengan saat pertama kalinya memiliki sepeda hadiah khitanan tahun 1986. Hampir setiap saat, sepeda yang di simpan di ruang tamu saya lihat, pandang, usap dan bersihkan. Awalnya kegiatan bersepeda hanya dilakukan malam hari sepulang kerja sekitar jam 8 – 9 malam dengan mengambil rute sekitaran jalan Supratman - Gedung Sate dan Gasibu. Ketika “ritual” bersepeda ini mulai dijalankan, segala masalah, keruwetan, beban kerja yang ada di kantor seolah tertinggal dibelakang seiring kayuhan pedal sepeda, pikiran terasa segar dan plong, ditambah udara malam kota Bandung menambah kesyahduan kegiatan bersepeda.

Sekarang, ketika aktivitas pekerjaan dilakukan di Ibu kota Jakarta, bersepeda berubah menjadi semacam kewajiban untuk menyeimbangkan dengan waktu olahraga yang hampir-hampir tidak ada, bersepeda dari dan menuju kantor menjadi keharusan karena tanpa adanya paksaan seperti itu maka hak tubuh untuk mendapatkan latihan dengan berolah raga menjadi nol. Agak dipaksakan memang tapi bagaimana lagi?

Idealnya kegiatan bersepeda menuju tempat aktivitas adalah untuk jarak tempuh di kisaran -/+ 10 km dari tempat tinggal.  Jadi kalo misalnya kantor kita berada disekitaran Gambir, maka wilayah Slipi, Mampang, Cempaka Putih, Kemayoran, Bendungan Hilir, Tebet, Utan Kayu dan lain-lain masih dalam jangkauan yang wajar untuk pulang pergi menggunakan sepeda, dengan perkiraan kecepatan rata-rata bersepeda antara 10 – 20 km/jam, maka dengan jarak demikian waktu tempuh diperjalanan akan kurang dari 1 jam dengan menihilkan kondisi lain seperti kemacetan dan faktor cuaca.

Namun, diluar semua itu ada kalkulasi lain yang lebih dari sekedar insentif berolah raga untuk tubuh dari aktivitas bersepeda ini, baik untuk diri sendiri maupun untuk perusahaan tempat kita bekerja.

Coba kita bayangkan, seandainya bahan bakar yang dibutuhkan kendaraan roda 4 untuk menempuh jarak 10 km adalah sebanyak 1 liter bensin, maka jika jarak dari rumah ke kantor 10 km, berarti dalam satu hari dibutuhkan 2 liter bensin untuk pulang pergi kantor-rumah. Dalam 1 tahun jika 200 hari kerja menggunakan kendaraan roda 4 berarti dibutuhkan 400 liter bensin setahun. Angka ini akan bertambah sendainya dimasukan variabel kemacetan dan lain-lain. Itu baru dari 1 orang, bagaimana jika  jumlah pekerja yang menggunakan kendaraan roda 4 ada ribuan..??.

Kalkulasi ini akan coba saya balik dengan pertanyaan berapa penghematan yang bisa diperoleh jika aktivitas dari dan menuju kantor diganti dengan menggunakan sepeda. Maka akan ada 2 liter x 200 hari kerja x 1000 pekerja x harga BBM adalah anggaran bahan bakar yang bisa dihemat tiap tahun. Itu hanyalah angka-angka yang mensimplified kondisi yang ada supaya mudah di cerna, ada nilai positif lain yang bisa didapatkan dengan membudayakan kegiatan bersepeda di lingkungan pekerjaan, kita tentu tau dengan semboyan “mensana in corpore sano” dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, walaupun kesehatan sendiri merupakan resolusi dari berbagai faktor namun dengan melakukan kegiatan bersepeda, ini adalah salah satu upaya untuk memaksimalkan ikhtiar demi menjaga kesehatan dan dampaknya diharapkan bisa memberikan kontribusi posistif terhadap kinerja pekerjaan.

Saya membayangkan dan berangan-angan, seandainya kegiatan bersepeda ini difasilitasi oleh perusahaan, baik dari sisi penyediaan sarana misalnya pinjaman dengan syarat ringan untuk pembelian sepeda, pemberian insentif berupa sarana parkir VIP (dekat lobby) bagi pekerja bersepeda, atau hal lainnya yang lebih real untuk dapat dinikmati pekerja bersepeda seperti halnya pengenaan pajak emisi karbon kepada negara-negara penghasil polusi dunia, hal ini sedikit banyak akan  menjadi pendorong semangat bagi siapapun dilingkungan kerja manapun untuk mulai melakukan olahraga bersepeda, syukurlah sekarang ini semangat kegiatan bersepeda mulai tumbuh subur dimasyarakat, walaupun penyediaan fasilitas yang lain masih membutuhkan proses akan tetapi semangat untuk melakukan perubahan ke arah gaya hidup yang lebih sehat jangan sampai kendur.

Bersepeda tidak harus mahal, tidak usah terlalu paranoid dengan udara karena berbagai macam model masker bisa digunakan untuk mengeliminasi polusi,

Yang penting adalah menumbuhkan semangat dan kegembiraan seperti halnya ketika kita pertama kali memiliki sepeda,..... GO CYCLING.


Naskah dan Foto : Dudi Fachrudin ( pribadi)

Selasa, 20 November 2012

Mengenal Sejarah - Gedung Perjanjian Linggarjati

Jalan-jalan sebentar dikota kelahiran, Kuningan Tercinta, sembari mengenal beberapa peninggalan sejarah yang berkaitan erat dengan awal pembentukan Republik  ini, salah satunya adalah GEDUNG NASKAH PERJANJIAN LINGGARJATI.

Lokasi menuju gedung perjanjian Linggarjati ini sangat mudah di akses, dari arah Cirebon menuju Kuningan, setelah melewati Cilimus maka akan di temui perempatan Linggarjati, dari situ ambil arah ke kanan dan ikuti jalan terus naik ke kaki gunung Ciremai sampai ditemui Gedung Perjanjian Linggarjati, posisinya bersebelahaan dengan taman wisata Linggarjati tepatnya lokasi gedung ini ada di wilayah Blok Wage, Dusun Tiga, Kampung Cipaku, kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Terletak pada ketinggian kurang lebih 400 meter diatas permukaan laut, udara segar kaki gunung Ciremai menyelimuti area sekitar tempat ini.



Berdasarkan informasi dan sejarah Perundingan Linggarjati atau kadang juga disebut Perundingan Linggajati merupakan perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan pada tanggal 10-13 November 1946. Menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi kedua negara pada 25 Maret 1947.

Linggarjati, merupakan bagian yang sangat penting dari perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, sehingga sampai sekarang bisa menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat. Diantara isi pokok persetujuan Linggarjati adalah :

(1) Belanda mengakui secara De Facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura;
(2) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerjasama dalam membentuk negara Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia;
(3) Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia – Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.

Peristiwa yang berlangsung 64 tahun silam tersebut, masih dapat kita saksikan melalui peninggalan-peninggalan yang ada di Gedung Linggarjati, sekaligus dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya oleh Pemerintah sesuai dengan UU.No.5 tahun 1992.

Hawa sejuk dan damai akan kita rasakan ketika mulai memasuki pelataran Gedung Linggarjati. Bangunan kuno dan megah yang dikelilingi oleh taman yang asri, dengan suasana yang tidak terlalu ramai, semakin menambah penghayatan suasana Linggarjati. Luas komplek Linggarjati kurang lebih 2,4 hektare, dimana sepertiga dari luas tersebut merupakan bangunan gedung yang dipergunakan untuk perundingan. Bangunan ini sendiri tadinya dibangun oleh warga negara Belanda, sebagai tempat peristirahatan, yang kemudian dipilih sebagai tempat perundingan dan akhirnya diserahkan kepada Pemerintah Indonesia sebagai salah satu bangunan cagar budaya Pemerintah Indonesia. Walaupun berupa bangunan lama, tapi secara keseluruhan kebersihan gedung ini nampak terjaga sekali. Ada 14 orang yang membantu merawat gedung ini, diantaranya 7 orang merupakan PNS ( Pegawai Negeri Sipil ), dan sisanya adalah pegawai honorer.

Bangunan ini terdiri dari beberapa ruang, yaitu ruang tamu, ruang tengah, kamar tidur, kamar mandi dan ruang belakang. Ruang tamu dipergunakan sebagai ruang untuk melakukan lobi dan meeting informal. ruang tengah merupakan ruang utama, dimana perjanjian Linggarjati dilaksanakan. Ternyata posisi kursi yang diduduki oleh para anggota perundingan masih sama seperti dulu waktu perundingan dilangsungkan. diantara para peserta perundingan tersebut adalah, delegasi Indonesia terdiri dari :
1.Sutan Sjahrir
2.Mr.Soesanto Tirtoprodjo
3.Dr.A.K.Gani
4.Mr.Muhammad Roem
delegasi Belanda terdiri dari
1.Prof.Ir. Schermerhorn
2.Mr.Van Poll
3.Dr.F.DeBoer
4.Dr.Van Mook
Dan sebagai notulensi adalah
1.Dr.J.Leimena
2.Dr.Soedarsono
3.Mr.Amir Sjarifuddin
3.Mr.Ali Budiardjo
Kamar-kamar tidur yang bersebelahan dengan ruang perundingan merupakan tempat tidur yang dipergunakan oleh delegasi Indonesia dan Belanda selama mengikuti jalannya perundingan.

Sebelum menjadi Museum Perundingan Linggajati bangunan ini berupa gubuk milik Ibu Jasitem (1918), kemudian pada tahun 1921 oleh seorang bangsa Belanda bernama Tersana dirombak menjadi rumah semi permanen, pada tahun 1930-1935 setelah dibeli keluarga Van Ost Dome (bangsa Belanda) dirombak menjadi rumah tinggal seperti sekarang, kemudian pada tahun 1935 -1946) dikontrak Heiker (bangsa Belanda) dijadikan Hotel yang bernama Rus “Toord”.
Keadaan ini berlanjut setelah Jepang menduduki Indonesia dan diteruskan setelah kemerdekaan Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang, hotel tersebut berubah namanya menjadi Hotel Hokay Ryokan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945 hotel ini diberi nama Hotel Merdeka. Jika diperhatikan, pembagian ruangan dalam Museum Perundingan Linggajati sekarang masih menyerupai pembagian ruangan untuk bangunan hotel.
Pada tahun 1946 di gedung ini berlangsung peristiwa bersejarah yaitu Perundingan antar Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda yang menghasilkan Naskah Linggarjati sehingga gedung ini sering disebut Gedung Perundingan Linggajati. Sejak aksi militer tentara Belanda ke-2 1948-1950 gedung dijadikan markas Belanda, kemudian pada tahun 1950 – 1975 difungsikan menjadi Sekolah Dasar Negeri Linggajati, selanjutnya pada tahun 1975 Bung Hatta dan Ibu Sjahrir berkunjung dengan membawa pesan bahwa gedung ini akan dipugar oleh Pertamina, tetapi usaha ini hanya sampai pembuatan bangunan sekolah untuk Sekolah Dasar Negeri Linggajati yang selanjutnya pada tahun 1976 gedung ini oleh diserahkan Kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dijadikan Museum Memorial.
Jika berminat mengunjungi gedung ini maka jadwalnya adalah :
 a. Senin –Jumat dari pukul 07.00 – 15.00
b. Sabtu – Minggu dari pukul 08.00 – 17.00

Sumber : foto dan informasi bersumber dari internet

Menelusuri Jejak Keindahan Tjianjur dengan Bersepeda

Bersepeda,... hmmm,.. kegiatan yang sangat menyenangkan dilakukan, apalagi kalo gowes di area pesawahan yang jauh dari polusi udara,.. pikiran serasa plong,... bebas dari keruwetan kerjaan yang dihadapi setiap hari.

Kegiatan Minggu ini dimulai dengan gowes dari rumah melewati Jalan Raya Bandung Cianjur di daerah Karang tengah, kemudian berbelok ke kiri menyusuri jalan desa masuk ke arah perkampungan, kondisi jalan yang relatif mulus dan sepi sangat nyaman untuk dilewati, setelah jarak tempuh sekitar 2 Km, medan berubah menjadi area pesawahan, aroma sawah terasa sangat menyejukan, udara pun terasa  lebih segar, pemandangan apalagi, membuat sejuk di mata.

Perjalanan dilakukan dengan santai dan sesekali berhenti untuk mengambil gambar, jalanan yang digunakan sangat sepi, hanya sesekali kendaraan roda dua lewat, ternyata jalan kecil tersebut tembus ke jalan baru yang merupakan jalur alternatif Cianjur- Jakarta melalui Jonggol.










Mari Bersepeda,....

Senin, 05 November 2012

INSPIRASI - Victor Giovan 18 Tahun, Sudah Punya Puluhan Karyawan



Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.

Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar.

“Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini.

Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.

Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang.
“Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis teh kemasan siap saji ini marjin keuntungannya bisa 350 persen. Kalau kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya hanya 100 persen,” lanjut putra pasangan Sri Winarsih dan Bambang Hermanto.

Victor memang lebih dulu mengelola bisnis bakso, ketimbang teh yoghurt. Outlet baksonya baru ada lima, kesemuanya ada di Malang. Tahun ini, ia berencana nambah lima outlet. Bisnis yang dikelolanya ini belakangan berkembang ke minuman. Alasannya sederhana, kalau orang makan bakso pasti butuh minum.
“Saya coba beli daun teh setengah matang dari pemasok, saya kelola sendiri lalu saya mix dengan yoghurt (susu fermentasi). Ada rasa lemon tea, stoberi, dan cokelat,” ujar pria yang bermukim di Jl Panji II Kepanjen ini.

Per kemasan atau segelas teh yoghurt ukuran 250 ml dijual seharga Rp 2.000-2.500. Jumlah karyawan yang bekerja padanya kini tak kurang dari 50 orang, termasuk untuk outlet bakso dan teh yoghurt.

Setiap harinya, ia bisa menghabiskan 20 kg daun teh kering untuk diproduksi atau menjadi 70 gelas. Gula yang dibutuhkan 4 kg per outlet per hari. Sedangkan kebutuhan daging untuk bakso sekitar 20 kg per hari.
“Usaha bakso tetap akan jadi core business saya karena omzetnya besar. Kalau teh hanya sampingan. Ke depan, saya akan tambah mitra di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo,” lanjut Victor.
Ia mengaku, jalan yang ia tempuh dari hasil kerja kerasnya kini membawa keberuntungan yang luar biasa di usianya yang masih belia. “Saya tidak tahu jika dulu saya mengikuti anjuran ayah untuk sekolah di kepolisian apa ‘omzet’nya akan sebesar ini. Keluarga besar saya semua di jalur angkatan bersenjata. Tapi saya tidak minat mengikuti jejak tersebut,” yakinnya.

Untuk perluasan usaha, Victor masih enggan mengajukan kredit kemana-mana. Pakai modal pribadi dan pinjam orangtua masih memungkinkan. “Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya pinjam dari situ juga,” pungkasnya. (Dwi Pramesti YS)

sumber :http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/02/27/08422745/18.Tahun.Sudah.Punya.Puluhan.Karyawan