Selasa, 26 Februari 2019

Teruntuk Dokterku Sayang...


TODAY

sebelumnya saya mohon maaf apabila ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini, dari pengalaman saya berinteraksi dengan beberapa orang yang berprofesi sebagai dokter disini sebagian besar cara komunikasinya hampir seragam, cenderung strictly to the point, hampir tanpa melihat kondisi psikologis atau suasana hati yang dialami pasien,... 
mungkin memang latar belakang keilmuannya mengharuskan seperti itu, padahal dari sisi pasien sendiri, informasi terkait apa itu yang namanya komplikasi, kemungkinan terburuk bahkan resiko kematian merupakan hal yang diniscayakan dan bisa jadi merupakan kepasrahan untuk beberapa orang, menurut opini saya yang diperlukan adalah bagaimana membangun mindset positif supaya pasien bisa lebih optimis memandang kondisi kedepannya, bagaimana menumbuhkan semangat untuk terus menjadi lebih baik, bagaimana agar kondisi psikologis pasien tidak menjadi lebih buruk dari sebelumnya, sampaikanlah bahwa masih banyak hal baik yang bisa dilakukan bahkan jauh lebih baik dari orang yang dikatakan sehat. gembirakanlah, 
sebagai dokter tentu banyak kebaikan yang sudah dilakukan dengan memperbaiki kondisi FISIK pasien, tambahkanlah sedikit kebaikan lagi untuk memperbaiki kondisi psikologisnya, bahkan mungkin itu yang lebih penting,
let me show one story, 
pada waktu teman saya berumur 7 tahun ayahnya didiagnosis menderita kanker kelenjar getah bening, dokter yang memeriksanya menyampaikan bahwa kemungkinan untuk bertahan hidupnya hanya tinggal beberapa bulan lagi, dengan kesungguhan untuk berupaya sembuh, melaui berbagai macam pengobatan, termasuk alternatif, dengan penuh semangat ayah temen saya menjalani hari harinya, tidak terasa, 31 tahun berlalu dan baru pada saat itu ayah temen saya sampai pada waktunya untuk mengahadap yang maha kuasa... 31 tahun kemudian dari vonis dokter,.... yang mana dokter yang memvonisnya malah lebih dahulu menghadap yang maha kuasa. 
so i just want to say; STOP MEMPERBURUK KONDISI PSIKOLOGIS SIAPAPUN LETS TALK POSITIVELY,..... 
catatan no KRT1805

Kamis, 07 Februari 2019

Bertemu Manusia-Manusia Berhati Mulia



Hari menjelang siang....selesai sesi terapi di soreang itu perjalanan dilanjutkan menuju ke kota Bandung, rencananya akan mengunjungi sebuah rumah sakit yang diinformasikan khusus merawat pasien-pasien yang mengalami gagal ginjal.
Ditemani istri perjalanan dari soreang menuju Bandung terasa sedikit menjemukan, melewati kemacetan dayeuhkolot dan baleendah, diselingi dengan kejadian delman yang ujug-ujug mundur  sampe akhirnya nabrak bemper mobil menambah manyun suasana.

jam sebelasan siang akhirnya sampai di daerah tubagus ismail, setelah tanya sana sini akhirnya ketemulah rumah sakit yang di maksud, dua bangunan yang tidak terlalu besar untuk ukuran rumah sakit, yang satu memiliki tampilan bangunan lama berwarna dominan merah bata dan satu lagi terlihat lebih baru dengan tampilan lebih modern dengan dominasi kaca dibagian depan.

ada rasa enggan dan was was ketika kembali harus memasuki bangunan yang namanya rumah sakit,....persepsi negatif tentang bayangan dokter yang angkuh, seolah-olah maha tahu dengan segala kata saktinya, diagnosa yang mematahkan semangat menjadi bayangan yang memenuhi alam pikiran, berkumpul menjadi satu membentuk ikatan molehkul yang akhirnya tersusun menjadi tampilan wajah kerung cambetut, tidak bergairah, enggak banyak ngomong dan sembelit.




menuju ke tempat pendaftaran dilayani dengan ramah, ditanya ini itu keperluannya apa, dokumen yang dibawa apa aja,... sang istri yang menjelaskan semuanya, bahwa ke sini tanpa persiapan, jadi belum ada dokumen apa-apa yang di bawa, hanya beberapa dokumen bukti rawat inap di rumah sakit sebelumnya beserta beberapa hasil diagnosa, sekalian tanya karena sudah divonis harus cuci darah, bagaimana prosedurnya kalo mau cuci darah di rumah sakit ini,....

akhirnya dijelaskan bahwa untuk bisa masuk ke RS ini dan menjalani perawatan cuci darah harus sudah terdaftar sebagai peserta BPJS, jadi rumah sakit ini hanya bekerjasama dengan BPJS untuk layanan hemodialisa (belakangan saya tau maksud mulia dibalik semua persyaratan yang disampaikan), disampaikan juga prosedur mengenai tidak bisa langsungnya dilakukan penjadwalan HD rutin karena harus melihat jadwal dan ketersediaan mesin, namun untuk sementara dalam kondisi darurat bisa menggunakan jadwal Overtime dimana pelaksanaan HD dilakukan malam hari melalui UGD. diinformasikan juga untuk menemui ibu Heni, kepala ruangan HD untuk menanyakan jadwal HD yang tersedia, (belakangan saya tau kalo beliau satu kampung halaman dengan saya) dengan ramah beliau menjelaskan mengenai prosedur untuk pendaftaran pasien baru, persyaratan yang harus dipenuhi, dan beliau menginformasikan akan memberi kabar jika jadwal yang memungkinkan tersedia.

alhamdulilah tidak banyak hambatan dalam proses pengurusan BPJS ini karena kantor tempat saya bekerja ternyata sudah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan (terima kasih buat temen-temen HR, Mb Igna, mb gita "the chubby", mb winda dan yang lainnya).... semua proses pengurusan rujukan bisa dilakukan dengan baik walaupun diselingi kesalahan nama rumah sakit rujukan yg harusnya RSKG Habibie malah dibuat rujukan untuk RS Santosa, setelah dikoreksi proses pengurusan untuk pendaftaran cuci darah pun di mulai.

setelah melakukan pendaftaran ke IGD saya menunggu untuk penjadwalan cuci, karena belum memiliki jadwal reguler, proses cuci darah (HD) akan dilakukan diwaktu overtime atau malam hari, saya jadi harus mengingap dulu di ruang rawat inap karena belum  tau jam berapa pelaksanaannya. setelah menunggu agak lama di ruangan pukul setengah 8 malam dijadwalkan akan dilaksanakan proses HD.

Pk. 19.30 say pun didorong menggunakan kursi roda menuju ruang HD, walaupaun mengatakan bahwa saya kuat untuk jalan sendiri tapi menurut perawat bahwa prosedurnya seperti itu jadi menggunakan kursi roda. sesampainya di ruang HD saya diposisikan di mesin paling ujung sebelah kiri, mesinnya sendiri ada 6 unit, berjejer kiri kanan masing2 3 unit. ruangan tersebut tidak terlalu besar, bahkan dengan jumlah unit sebanyak itu ruangan jadi terasa sangat sempit.
setelah melalu proses pengecekan ini itu dimulailah proses HD ditempat baru ini,.... saya masih menggunakan CDL untuk proses HD,.. oh iya CDL sendiri adalah selang bercabang 3 yang dimasukan ke pembuluh darah di sekitar leher dekat ke arah dada,.... dengan 2 buah ujung dengan tutup selang berwarna biru dan merah. saya baru tau kalo selang itu cukup dalam masuk kedalam pembuluh darah dengan panjang lebih dari 1 jengkal setelah dilakukan operasi pencabutan selang CDL.



HD Pertama di RSKG Habibie, sekilas terlihat penampakan bidadari sedang tidur
Ada rasa tegang cenderung khawatir yang coba di sembunyikan ketika akan memulai proses HD, khawatir darahnya tidak lancar mengalir, khawatir selangnya tersumbat, khawatir sesak nafas, dan kekhawatiran2 lainnya mengiringi prosesi pemasangan selang HD ini. semua terakumulasi menjadi kepasrahan tertinggi yang menyerahkan apapun yang akan terjadi pada ketentuan Alloh SWT. tidak ada hal lain lagi yang bisa memberikan ketenangan selain kepasrahan kepada sang Pencipta. dokter yang mendampingi pun menyarankan untuk berdzikir selama proses HD, menambah rasa tenang.

 4 jam berlalu, dan pukul 12 malam menjelang dinihari, proses HD pun selesai, alhamdulilah tidak ada kendala berarti,....
sesaat kemudian saya pun diantarkan kembali ke ruangan inap.....   BERSAMBUNG....