Ngapain bersepeda? Iya
Jantung sehat tapi paru paru kotor...
Itu mungkin salah
satu alasan yang sering dikemukakan untuk mendemotivasi dan sebagai pembenaran
untuk tidak melakukan aktivitas bersepeda, baik untuk tujuan ke kantor,
olahraga maupun rekreasi.
Bagaimanapun juga
secara sepintas mata, aktivitas bersepeda memang terlihat kurang menarik dimata
“worker enthusiast”. Capek, polusi, jarak yang jauh, harga sepeda mahal, sampe
masalah harus mandi lagi di kantor karena keluar keringat banyak merupakan
rongrongan mental bagi siapapun yang akan memulai dan berkeinginan melakukan
aktivitas bersepeda ke tempat kerja.
Tidak sepenuhnya
salah memang, kondisi jalanan yang ada sekarang sangat jauh dari toleran untuk
para pesepeda, berbaur dengan kendaraan bermotor, berebut jalur dengan sepeda motor adalah hal lumrah
yang ditemui dan harus siap di hadapi oleh para pesepeda. Jalur khusus yang
disediakan untuk bersepeda masih jauh dari
cukup dan kalaupun ada sudah keduluan diserobot oleh para motoris.
Saya agak lupa yang
menjadi awal dan pemicu ketertarikan saya melakukan aktivitas bersepeda ke
tempat kerja, tapi waktu itu ketika masih tinggal di Bandung sekitar tahun
2007, ada keinginan kuat untuk memulai bersepeda, akhirnya dengan dana yang ada
dibelilah sepeda model MTB seharga 700 ribu bermerk Genio disalah satu toko
sepeda di Jalan Otista Bandung. Kegembiraan yang saya rasakan saat itu hampir
sama dengan saat pertama kalinya memiliki sepeda hadiah khitanan tahun 1986. Hampir
setiap saat, sepeda yang di simpan di ruang tamu saya lihat, pandang, usap dan
bersihkan. Awalnya kegiatan bersepeda hanya dilakukan malam hari sepulang kerja
sekitar jam 8 – 9 malam dengan mengambil rute sekitaran jalan Supratman -
Gedung Sate dan Gasibu. Ketika “ritual” bersepeda ini mulai dijalankan, segala
masalah, keruwetan, beban kerja yang ada di kantor seolah tertinggal dibelakang
seiring kayuhan pedal sepeda, pikiran terasa segar dan plong, ditambah udara
malam kota Bandung menambah kesyahduan kegiatan bersepeda.
Sekarang, ketika
aktivitas pekerjaan dilakukan di Ibu kota Jakarta, bersepeda berubah menjadi
semacam kewajiban untuk menyeimbangkan dengan waktu olahraga yang hampir-hampir
tidak ada, bersepeda dari dan menuju kantor menjadi keharusan karena tanpa adanya
paksaan seperti itu maka hak tubuh untuk mendapatkan latihan dengan berolah
raga menjadi nol. Agak dipaksakan memang tapi bagaimana lagi?
Idealnya kegiatan
bersepeda menuju tempat aktivitas adalah untuk jarak tempuh di kisaran -/+ 10
km dari tempat tinggal. Jadi kalo
misalnya kantor kita berada disekitaran Gambir, maka wilayah Slipi, Mampang,
Cempaka Putih, Kemayoran, Bendungan Hilir, Tebet, Utan Kayu dan lain-lain masih
dalam jangkauan yang wajar untuk pulang pergi menggunakan sepeda, dengan
perkiraan kecepatan rata-rata bersepeda antara 10 – 20 km/jam, maka dengan
jarak demikian waktu tempuh diperjalanan akan kurang dari 1 jam dengan
menihilkan kondisi lain seperti kemacetan dan faktor cuaca.
Namun, diluar semua
itu ada kalkulasi lain yang lebih dari sekedar insentif berolah raga untuk tubuh
dari aktivitas bersepeda ini, baik untuk diri sendiri maupun untuk perusahaan
tempat kita bekerja.
Coba kita
bayangkan, seandainya bahan bakar yang dibutuhkan kendaraan roda 4 untuk
menempuh jarak 10 km adalah sebanyak 1 liter bensin, maka jika jarak dari rumah
ke kantor 10 km, berarti dalam satu hari dibutuhkan 2 liter bensin untuk pulang
pergi kantor-rumah. Dalam 1 tahun jika 200 hari kerja menggunakan kendaraan
roda 4 berarti dibutuhkan 400 liter bensin setahun. Angka ini akan bertambah
sendainya dimasukan variabel kemacetan dan lain-lain. Itu baru dari 1 orang,
bagaimana jika jumlah pekerja yang
menggunakan kendaraan roda 4 ada ribuan..??.
Kalkulasi ini akan
coba saya balik dengan pertanyaan berapa penghematan yang bisa diperoleh jika
aktivitas dari dan menuju kantor diganti dengan menggunakan sepeda. Maka akan ada
2 liter x 200 hari kerja x 1000 pekerja x harga BBM adalah anggaran bahan bakar
yang bisa dihemat tiap tahun. Itu hanyalah angka-angka yang mensimplified kondisi yang ada supaya mudah
di cerna, ada nilai positif lain yang bisa didapatkan dengan membudayakan
kegiatan bersepeda di lingkungan pekerjaan, kita tentu tau dengan semboyan “mensana in corpore sano” dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang kuat, walaupun kesehatan sendiri merupakan
resolusi dari berbagai faktor namun dengan melakukan kegiatan bersepeda, ini
adalah salah satu upaya untuk memaksimalkan ikhtiar demi menjaga kesehatan dan
dampaknya diharapkan bisa memberikan kontribusi posistif terhadap kinerja
pekerjaan.
Saya membayangkan
dan berangan-angan, seandainya kegiatan bersepeda ini difasilitasi oleh perusahaan,
baik dari sisi penyediaan sarana misalnya pinjaman dengan syarat ringan untuk
pembelian sepeda, pemberian insentif berupa sarana parkir VIP (dekat lobby)
bagi pekerja bersepeda, atau hal lainnya yang lebih real untuk dapat dinikmati pekerja
bersepeda seperti halnya pengenaan pajak emisi karbon kepada negara-negara
penghasil polusi dunia, hal ini sedikit banyak akan menjadi pendorong semangat bagi siapapun
dilingkungan kerja manapun untuk mulai melakukan olahraga bersepeda, syukurlah
sekarang ini semangat kegiatan bersepeda mulai tumbuh subur dimasyarakat,
walaupun penyediaan fasilitas yang lain masih membutuhkan proses akan tetapi
semangat untuk melakukan perubahan ke arah gaya hidup yang lebih sehat jangan
sampai kendur.
Bersepeda tidak
harus mahal, tidak usah terlalu paranoid dengan udara karena berbagai macam
model masker bisa digunakan untuk mengeliminasi polusi,
Yang penting adalah
menumbuhkan semangat dan kegembiraan seperti halnya ketika kita pertama kali
memiliki sepeda,..... GO CYCLING.
Naskah dan Foto : Dudi Fachrudin ( pribadi)
gowes gowes gowes!!!!!!!
BalasHapussemangat om.
semoga menang ya :D
Menang atau enggak itu bukan tujuan utama, yang penting semangat, maju terus,....
Hapussetuju dengan pendapat anda,
BalasHapusmari gowes bersama,
jangan lupa kunjungi juga http://bit.ly/Energi18 , mari kita menjadi sobat bumi
Siap Komandan,...
Hapussetuju mas, selain menghemat energi, gowes juga membuat kita sehat tentunya
BalasHapusAmin, semoga, yang penting berusaha dan memaksimalkan ikhtiar,...
Hapus