Kamis, 21 Juni 2018

Vonis yang Menghapus Mimpi


Kamar yang saya tempati posisinya berada dilorong bawah, urutan kedua dari ujung, kelasnya mungkin kelas 1 atau VIP, ada 1 ranjang perawatan, ada satu sofa yang bisa berfungsi sebagai kasur tambahan dan kamar mandi, satu sisi menghadap taman dan sisi yang lain berada di lorong yang memisahkan antar ruang perawatan.
Kamar Tempat Menginap, Sumber : Path


malam itu, suasana sangat sepi, saya tidak tau, apakah ruangan yang ada disebelah kiri kanan ada yang mengisi atau tidak, sama sekali tidak terdengar apa-apa, pk. 9 malam lebih setelah pengambilan sampel darah dan pemasangan infus, saya pun udah berganti baju, kebetulan ada temen kantor yang mengantarkan baju ganti dr kantor, (saya biasa menyimpan baju cadangan karena supaya tidak repot kalo bersih-bersih di kantor setelah bersepeda), sendiri di ruang perawatan dengan suasana kamar yang temaram ternyata memberi kesan sendiri tentang apa arti dari rasa sepi, hanya sesekali terdengar langkah kaki di koridor, mungkin perawat yang mengecek pasien atau menanggapi panggilan dari kamar inap.

setelah lama tidak bisa memejamkan mata barang sesaat juga, akhirnya sekitar pkl.03 pagi baru bisa terlelap, sampai sesaat setelah shubuh, terdengar ucapan salam, ternyata seorang perawat masuk untuk mengecek pasien, saya pun dengan susah payah menggeliat bangun, berniat ke kamar mandi mengambil air wudhu, tapi badan sepertinya enggak bisa diajak kompromi, terasa lemas dan ruangan seperti berputar-putar, akhirnya hanya bisa mengambil tayamum, selesai itu kembali mencoba memejamkan mata untuk sekedar melanjutkan tidur, tapi ternyata sulit untuk tidur kembali setelah terbangun dengan cara seperti tadi.

tidak berapa lama, kemudian seorang perawat kembali masuk, setelah mengecek suhu badan dan cairan infus, perawat tersebut menyampaikan sesuatu yang terdengar seperti suara guntur ditengah hari yang terang benderang, asli bikin shock,.. "pak bapak siap siap operasi dan cuci darah ya,." saya langsung tersentak, "lho koq cuci darah, kan masalah lambung", si perawat kembali menjawab, " oh dokternya belum menyampaikan ya,..." saya jawab "belum,..."... oh nanti saja mungkin sama dokter yang menjelaskannya, sambung perawat itu seolah menahan diri untuk tidak menjelaskan sesuatu yang bukan merupakan kewenangannya.

mulai detik itu, perasaan jadi tidak menentu, akhirnya pelan-pelan diraihlah handphone yang tergeletak di sisi tempat tidur, kemudian membuka aplikasi WA dan mulai menulis pesan untuk istri tercinta "bun ayah lagi di RS tapi gapapa gak usah khawatir, bunda enggak usah pikirin, hari ini juga insya alloh pulang" kemudian ditambahkan icon ditambahkan icon senyum 3 buah.

setelah itu mencoba untuk tidur, namun mata susah terpejam, pikiran sudah melayang kemana-mana, bahkan serasa sudah tidak menempati raga ini lagi, yang ada hanya melamun dan memandang dengan tatapan kosong.

tidak terasa, jam bergerak dan menunjukan waktu pk. 10.30, terdengar pintu ruang inap diketuk, kemundian munculah sosok yang sudah sangat tidak asing lagi, berkerudung panjang, ya dialah istriku tercinta,...
sudah diduga bahwa jika kabar ini disampaikan, jam berapapun pasti akan disusul ke jakarta,...

tidak ada kata yang terucap selama beberapa saat, hanya saling berpandangan untuk sesaat kemudian menghambur sambil berkata : mengapa ayah tega, kenapa ayah gak ngabarin ke bunda...?"
 tidak ada pembicaraan yang berlangsung sesudahnya hanya suara isak tangis yang terdengar, sesaat ada rasa sesal dihati tidak memberi kabar dari awal, perasaan sepi tanpa ada teman yang dirasakan sebelumnya menambah sesak rasa sesal yang ada.

hari terasa berjalan lambat, menunggu dokter melakukan visite itu terasa menegangkan, perasaan tidak menentu memenuhi rongga dada, cemas, khawatir, gelisah bercampur menjadi satu, di penghujung siang perasaan campur aduk mengerucut menjadi satu, kepasrahan akan apapun yang terjadi,...

Jam 16.00 WIB, dokter yang di tunggu datang, didampingi 2 orang suster dan perawat yang membawa dokumen-dokumen, tanpa ada basa basi pengantar dokter mengatakan, "Pak kondisi ginjal bapak sudah parah, mungkin kemampuan kerjanya sudah tinggal 15%, kalo melihat hasil cek lab, tingkat ureum kreatinin bapak masuk kategori extrem, sudah tidak tertolong lagi, tidak ada metode penyembuhan untuk ginjalnya kecuali transplantasi,...

öpsi lain masih ada dok...?? Tanya Saya
"saat ini yang bisa dilakukan hanya cuci darah, itu juga bukan untuk menyembuhkan, hanya mempertahankan daya dukung hidup, fungsi ginjalnya ditarik dan digantikan oleh mesin,..""

"berapa kali cuci darah itu dok....?

"Ya seumur hidup, seminggu 2 kali...."

"Sekali nya cuci darah berapa lama..? tanya saya lagi, kadungpenasaran, sekalian tanya, sekalian nyungsep aja...

"sekitar 5 jam.....

dan saya pun menarik nafas panjang,....

dokter itu sepertinya menangkap kegelisahan yg muncul di raut muka saya, terus berkata, kalo bapak dan ibu ingin memastikan, saya rekomendasikan untuk dilakukan usg penuh untuk melihat kondisinya, nanti kita rekomendsikan lagi tindakan apa selanjutnya.

USG dijadwalkan besok pagi nya untuk melihat bagaimana kondisi ginjal yang ada dan untuk menentukan langkah apa yang akan diambil selanjutnya,....

BERSAMBUNG....... OPERASI CDL...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar